Saya peduli kesehatan, baik dari fisik maupun mental. Makanan yang nutrisinya baik bagi tubuh dan pencernaan, saya yakini juga bermanfaat bagi kesehatan mental kita.
Mengapa berbasis nabati ?
Sebuah artikel yang diterbitkan Orami Parenting menyebutkan orang yang menjalani pola makan nabati cenderung memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah.
Mereka juga memiliki tingkat obesitas, diabetes dan penyakit jantung lebih rendah daripada orang yang makan daging.
Pola makan nabati yang tinggi serat, karbohidrat kompleks dan kadar air tinggi membantu menjaga orang merasa kenyang lebih lama serta meningkatkan penggunaan energi saat istirahat.
Studi lainnya, yang dilakukan pada 2018, menemukan bahwa pola makan nabati efektif untuk mengobati obesitas.
Dalam penelitian itu, orang-orang yang kelebihan berat badan diminta menjalani pola vegan nabati.
Hasilnya, mereka kehilangan lebih banyak massa lemak. Sensitivitas insulinnya pun meningkat.
Bahkan orang yang menjalani diet vegan juga mengalami penurunan berat badan secara signifikan sebanyak 6,5 kilogram.

Artinya, diet nabati juga membantu orang mencegah maupun mengelola diabetes dengan meningkatkan sensitivitas insulin serta mengurangi resistensi insulin.
Sebuah studi tahun 2019 dari Journal of American Heart Association menemukan bahwa orang dewasa paruh baya dengan pola makan nabati juga memiliki risiko penyakit jantung lebih rendah.
Pola makan berbasis nabati berarti kita fokus pada konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan. Artinya, pola makan ini tidak fokus pada daging, ikan, telur atau produk susu.
“Ketika direncanakan dengan tepat, semua kebutuhan nutrisi tubuh akan terpenuhi dengan pola makan nabati,” kata Ryan Maciel, Kepala Nutrisi di Precision Nutrition, seperti dikutip dari womenshealthmag.com.
Orang yang menjalani pola makan nabati bisa mengganti protein hewani dengan mengonsumsi kacang polong, lentil atau produk kedelai. Karena kacang-kacangan juga mengandung protein sehat.
Setelah kebutuhan protein tercukupi, cobalah mengonsumsi sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi lainnya. Dalam hal ini, sayuran berdaun gelap merupakan sumber zat besi dan kalsium yang baik.
Benarkan Pola makan berbasis nabati baik untuk Kesehatan mental ?
Menurut laporan yang dirilis hellosehat.com, hampir dua pertiga dari orang yang memiliki pola makan berkualitas tinggi setiap hari tidak memiliki masalah dengan kesehatan mental.
Sedangkan mereka yang biasa melahap makanan berkualitas rendah berisiko menghadapi masalah kesehatan mental dua kali lipat, dibandingkan mereka yang terbiasa dengan makanan sehat.
Ini menandakan bahwa apa yang Anda makan dapat mempengaruhi kesehatan mental Anda.
Selain berdampak pada kesehatan mental jangka pendek dan panjang, makanan juga berkontribusi penting dalam perkembangan, pengaturan dan pencegahan masalah kesehatan mental tertentu seperti depresi, skizofrenia, defisit perhatian, gangguan hiperaktif, dan penyakit Alzheimer.
Apakah harus menjadi vegan/vegetarian?
Sebuah studi pemodelan komputeran dari Marco Springmann, peneliti Oxford Martin School Future of Food Programme, menunjukkan bahwa angka kematian global akan menurun hingga 6%-10% jika semua orang menjadi vegan pada 2050.
Memang tidak mudah menjadi seorang vegan, apalagi untuk seseorang yang baru ingin mencoba.
Tapi dengan mencoba hanya sekali saja dalam seminggu menjadi vegetarian atau vegan, ternyata Anda sudah menyumbang sangat besar pada keselamatan bumi.
Bila dihitung per tahunnya, dengan menjadi vegetarian satu kali dalam seminggu, Anda telah menghemat 317.520 liter air, 111 kilogram tanaman biji-bijian, 693 meter persegi lahan, 58 liter bensin dan 183 kg kotoran ternak.
Perjalanan untuk memiliki pola makan yang baik, adalah proses. Sama seperti Kesehatan mental kita. Seumur hidup kita adalah “pasien rawat jalan”. Yang penting tujuannya bukan untuk menjadi sempurna, atau “sembuh”.
Tapi lebih ke upaya kita memberikan apa yang pantas didapatkan oleh tubuh dan jiwa, agar merasakan kondisi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Selama beberapa tahun terakhir, saya telah melakukan kesadaran makan ini. Piring saya berisi 80% sayur-sayuran, buah, dan berbagai protein nabati.
Saya merasakan perubahan terhadap tubuh saya yang jarang sakit, tidak berjerawat, pencernaan lebih lancar, dan lainnya.
Saya juga mengurangi asupan garam, gula, sekaligus memperbanyak superfood atau raw food.
Namun ini semua perjalanan yang tiada habisnya.
Seiring kesadaran akan makanan itu, saya juga makin bersemangat memastikan asupan nutrisi untuk tubuh sehari-hari.